Saksofon Timoty, Guncang Panggung Pantheon di Roma Italia

Timoty dengan Saksofonnya

Tubuhnya sekarang tidak lagi segempal ketika dia masih duduk di kelas XI SMA. Tidak tau persis semenjak kapan warisan bobot berlebih itu dibawanya. Semester ganjil di kelas XII SMA, berat badannya mendadak turun drastis, banyak yang beranggapan bahwa ia menjalani diet yang tidak lazim. Penurunan mendadak ini membuat hampir satu sekolah pernah dibuat terbelalak begitu manyaksikan dalam waktu yang terbilang singkat ia merubah penampilannya menjadi lebih gagah dengan tubuh yang ideal. Cuman anehnya, tubuh yang berotot itu menjadi lucu, kenapa? Karena pakaian putih abu-abu yang ia gunakan kesekolah merupakan size badan sebelumnya. Tak ayal, akhirnya ia seperti memakai kain sisamping, karena lipatan celana dibagian pinggangnya kedodoran. Beruntung kejadian aneh itu tak bertahan lama, karena diselamatkan tukang jahit yang menyulap pakaian itu menjadi ideal di tubuhnya.
            Sejak kecil ia dipanggil Timi. Lengkapnya Timothy Harris Hasintongan Samosir. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan jurusan Musik Prodi penyajian musik/musik performance. Sebelum ia hijrah ke kota pelajar, ia bermastautin di Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau. Kepiawaiannya pada musik, membuat ia selalu didaulat untuk selalu unjuk kebolehan di sekolahnya. Masih segar dalam ingatan penulis, potensi besar yang ia miliki baru diketahui oleh warga sekolah sekaligus majelis guru saat ia tampil dengan apik, melalui kegiatan organisasi siswa intera sekolah (OSIS) dengan tajuk “Siswa Bertanya, Sastrawan Menjawab”. Sejak penampilan perdananya itu, setiap ada kegiatan di sekolahnya, nama Timi dan Saksofonnya selalu menjadi acara pamungkas, sehingga ada kesan “no Timi, no Party”. 
              Tidak hanya kepiawaiannya yang menjadikan Timi selalu mendapat perhatian lebih, melainkan ianya termasuk orang yang pandai bergaul, ia tidak membedakan sahabat satu sama lainnya. Agaknya kelebihan ini membuat ia diterima oleh berbagai kalangan. Sebenarnya, Timi memahami sekali potensi besar yang ia miliki, tapi itu tidak membuatnya angkuh apalagi sombong berlebihan. Untuk ukuran siswa iapun termasuk siswa yang manut dan penurut dengan guru. 
            Keseriusan Timi dengan pilihannya (musik), ternyata tidak butuh waktu panjang  untuk mendapatkan pengakuan dari kawan-kawan sekampusnya di ISI Yogyakarta. Mungkin tidak berlebihan, jika halaman Instagram yang ia miliki mengindikasikan bahwa dirinya konsen dan terus berproses mencari pengalaman estetisnya dari satu panggung ke panggung lainnya. Penulis memang tidak melihat secara langsung performancenya di beberapa tempat, melainkan rutinitas Timi dibelantara musik didapatkan dari jejak digitalnya yakni instagram yang ia imiliki hampir dari separuhnya berisi konten pertunjukan musiknya di berapa tempat dan kota. Pengamatan ini, yang membuat penulis berkesimpulan dan memaparkan pada khalayak, bahwa kemahiran  yang dimiliki Timi merupakan potensi besar yang harus ia kembangkan dengan selalu berproses. Hal ini sangat memungkinkan bagi Timi, apalagi kampus ISI yang terletak di Sewon Yogyakarta itu menyimpan banyak nama-nama mahal yang sudah jelas terlatih dan pasih. Maka belajar, bergaul dan berdiskusi di lingkungan yang mendukung akan membuat dirinya matang dan beridentitas.  
               Jujur, tidak ada yang salah, ketika seseorang menggeluti musik lebih banyak belajar secara otodidak. Selebihnya, yang membuat penulis penasaran adalah, belum genap tiga semester Timi belajar di kota pelajar itu, namanya mencuat bak meteor. Timi memang tidak dilahirkan begitu saja untuk menjadi seorang musisi, melainkan ia tercipta sebagai musisi handal karena ketunakan, kegigihan serta semangat pantang menyerah dalam berlatih. Di samping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan penuh yang ia peroleh dari kedua orang tuanya telah menjadi tiket terusan baginya untuk memantabkan diri di jalur musik. Agaknya Timi termasuk salah satu anak yang beruntung, karena sistim demokrasi itu berjalan penuh di tengah keluarganya. Sebagai bukti,  hanya segelintir orang tua yang mau menghibahkan anaknya untuk kuliah di perguruan tinggi seni.   
             Tak bisa disangkal,kehadiran Timi di panggung pertunjukan profesional tergolong cepat dan melesat. Baginya, cukup sekali kesempatan itu mendekat. Timi berulah dengan Saksofonnya. Kali ini ia menghipnotis pengunjung di Grand Indonesia dalam acara Galeri Indonesia Kaya. Kehadiran Timi di acara bergensi itu adalah bukti pengakuan dari seorang komponis muda berbakat Indonesia yang sedang naik daun. Di usianya yang baru menginjak 15 tahun pianis muda berdarah Batak itu telah melahirkan karya-karya fundamental dan deretan prestasi yang membanggakan. Nama mahal yang mengakui kepiawaian dan tanpa ragu mengikutsertakan Timi dalam kayanya itu adalah Tiara Siahaan. 
            Tidak tanggung-tanggung, tanpa keraguan sedikitpun, pianis muda bertangan dingin itu memberikan panggung sepenuhnya kepada Timi untuk tampil solo dengan membawakan satu repertoar legendaris yang berjudul “Sai Anju Ma Au”. Mendapatkan kepercayaan dari musisi handal Indonesia itu, Timi tampil membayar lunas ekspektasi Tiara Siahaan. Endingnya, tontonan cerdas dan penghayatan lebih, yang diberikan Timi di panggung saat itu, membuat pianis muda itu terharu, berdecak kagum, bangga luar biasa. Sebagai ungkapan dan apresiasi kepada Timi, akhirnya dengan tulus Tiara Siahaan langsung membayar tunai dengan seonggok senyum sembari standing ovation. Mendapat pujian tulus dari Tiara Siahaan, Timi membalas dengan membungkukan badannya. Tontonan perdana Timi di Grand Indonesia telah menjadi bukti, bahwa ia memang pantas berada sepanggung dengan Tiara Siahaan saat itu.
            Tidak berselang lama, ternyata konsep panggung di Galeri Indonesia Kaya, membekas sekaligus telah menjadi inspirasi baru pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Roma. Bersempena dengan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Italia, akhirnya Tiara Siahaan, Timi dan musisi lainnya mendapat panggung istimewa untuk tampil pada acara “Festa Della Musica”. Kegiatan ini adalah hajatan tahunan di setiap awal musim panas di Eropa. Lagi-lagi, Timi tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Pertunjukan kali pertama Timi keluar negeri mendapat sambutan hangat. Kawasan Pantheon yang merupakan salah satu ikon sejarah Italia yang sangat dijaga kelestariannya itu telah menjadi saksi.  
              Sebuah capain luar biasa. Hari ini kamu telah menginspirasi banyak anak muda di Indonesia. Kabar, keberhasilan dan prestasi yang kamu raih di panggung Internasional, berembus kencang ke almamatermu (SMA Negeri 4 Batam), mereka menyambut berita ini dengan sukacita tidak ketinggalan guru-guru mu.  Satu lagi pembelajaran berharaga itu kamu sampaikan kepada banyak orang. Untuk mencapai mimpi itu adalah dengan belajar tekun, belajar tekun dan tekun belajar. 
           Tidak cukup modal untuk pergi ke Roma Italia menyaksikan aksi panggungmu, melalui tayangan youtube-pun sudah lebih dari cukup, penampilan garangmu di Pantheon telah membuat kami bangga luar biasa. Sumpah, kami ikut senang, Timi. Sukses dan sehat selalu ya, tetaplah rendah hati. Salam rindu dari Tiban Lama…..   


9 Komentar untuk "Saksofon Timoty, Guncang Panggung Pantheon di Roma Italia"

  1. mantap timi.. lanjutkan karyamu 👏👏👏💙

    BalasHapus
  2. mantap timi.. lanjutkan karyamu yah nak 👏👏👏💙

    BalasHapus
  3. Good job Timi.Be humble and steady.

    BalasHapus
  4. Good job,Timi &Tiara.Keep humble and steady.

    BalasHapus
    Balasan
    1. timi pantas mendapatkan pujian itu..... slamat tim

      Hapus
  5. Timothy yang saya petlrnah kenal..orangnya.sedikit bicara..tapi banyak latihan.musik...semangat nya itu lohh...dia punya angan angan mau cari beasiswa utk melanjutkan study musik S2 ke Jerman..Wow...luar biasa cita cita mu nak..Semoga cita cita mu bisa kau gapai..Sukses selalu buat Timothy Samosir.(NN)

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2